1.1 Pengertian Laju Reaksi
Laju reaksi adalah laju penurunan reaktan
(pereaksi) atau laju bertambahnya produk (hasil reaksi). Laju reaksi ini juga
menggambarkan cepat lambatnya suatu reaksi kimia, sedangkan reaksi kimia
merupakan proses mengubah suatu zat (pereaksi) menjadi zat baru yang disebut
sebagai produk. Reaksi kimia digambarkan seperti pada bagan berikut.
Beberapa reaksi kimia ada yang berlangsung cepat.
Natrium yang dimasukkan ke dalam air akan menunjukkan reaksi hebat dan sangat
cepat, begitu pula dengan petasan dan kembang api yang disulut. Bensin akan
terbakar lebih cepat daripada minyak tanah. Namun, ada pula reaksi yang
berjalan lambat. Proses pengaratan besi, misalnya, membutuhkan waktu sangat
lama sehingga laju reaksinya lambat. Cepat lambatnya proses reaksi kimia yang
berlangsung dinyatakan dengan laju reaksi. Dalam mempelajari laju reaksi
digunakan besaran konsentrasi tiap satuan waktu yang dinyatakan dengan
molaritas.
Molaritas sebagai Satuan Konsentrasi
dalam Laju Reaksi
Molaritas menyatakan jumlah mol zat dalam 1 L
larutan, sehingga molaritas yang dinotasikan dengan M, dan dirumuskan sebagai
berikut.
Keterangan :
n = jumlah mol dalam satuan mol atau mmol
V = volume dalam satuan L atau mL
Bagaimana cara menggunakan dan menghitung
molaritas? Kalian akan mengetahuinya dari contoh-contoh soal berikut.
Contoh Soal Molaritas (1) :
Sebanyak 17,1 g sukrosa (Mr = 342) dilarutkan dalam
air hingga volume larutan 500 mL. Tentukan kemolaran sukrosa.
Penyelesaian:
Diketahui :
Mr sukrosa = 342
Massa (m) sukrosa = 17,1 g
Volume larutan = 500 mL
Ditanyakan :
Molaritas sukrosa.
Jawaban :
n sukrosa = massa/Mr = 171/342 = 0,05 mol = 50
mmol
M sukrosa = n/V = 50 mmol / 500 mL = 0,1 M
Jadi, molaritas sukrosa tersebut adalah 0,1 M.
Contoh Soal Molaritas (2) :
Berapa gram soda kue (NaHCO3) yang
diperlukan untuk membuat 150 mL larutan NaHCO3 0,5 M? (Ar
Na = 23, H = 1, C = 12, 0 = 16)
Penyelesaian :
Diketahui :
Molaritas NaHCO3 = 0,5 M= 0,5
mol/L
Volume larutan = 150 mL = 0,15 L
Ditanyakan :
Massa NaHCO3 ?
Jawaban :
n =M xV = 0,5 mol/L x 0,15 L = 0,075 mol
massa = mol x Mr = 0,075 x 84 = 6,3 g
Jadi, massa soda kue tersebut adalah 6,3 g.
Pembuatan suatu larutan dapat juga dilakukan dengan
mengencerkan larutan yang sudah ada, dengan catatan molaritas larutan yang akan
dibuat lebih rendah dari molaritas larutan yang sudah ada. Misalnya di
laboratorium hanya ada larutan HCl 1 M, sedangkan kita memerlukan larutan HCl
0,5 M sebanyak 100 mL, bagaimana kita mendapatkannya?
Pada gambar 1 (a) :
sebelum pengenceran
V = V1
M = M1
n = n1
Pada gambar 1 (a) :
sebelum pengenceran
V = V2
M = M2
n = n2
Dalam pengenceran, jumlah zat terlarut tidak
berubah sehingga jumlah molnya tetap. Jadi, n1 = n2 atau M1
x V1 = M2 x V2. Rumus ini biasa disebut
sebagai rumus pengenceran.
Dari gambaran cara tcrsebut, maka larutan HC1 0,5 M
sebanyak 100 mL dapat dibuat dengan mengencerkan larutan HC1 1M. Volume HC1 1 M
yang dibutuhkan dicari melalui rumus pengenceran.
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1 = 100 x 0,5
V1 = 50 mL
Jadi, kita bisa mclakukannya dengan mengambil 50 mL
HC1 1M, kemudian kin masukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahi air
hingga tanda batas, dan 100 ml Larutan HCl 0,5 M telah selesai dibuat.
|
Gambar 2. Larutan asam sulfat 97%.
|
Apabila yang tersedia di laboratorium hanya larutan
pekat yang diketahui massa jenis dan kadarnya tanpa diketahui konsentrasinya,
misalnya larutan asam sulfat dengan kadar 97% dan massa jenisnya 1,8 kg/L, maka
molaritas H2SO4 tersebut dapat ditentukan
dengan rumusan berikut.
Untuk menghitung molaritas larutan H2SO4 dengan
kadar 97% dan massa jenis 1,8 kg/L, kita tinggal memasukkan data ke dalam rumus
hingga diperoleh molaritas asam sulfat tersebut sebesar 17,82 M seperti pada
perhitungan berikut.
1.2. Rumus Laju Reaksi
Laju reaksi kimia bukan hanya sebuah teori, namun
dapat dirumuskan secara matematis untuk memudahkan pembelajaran. Pada reaksi
kimia: A → B, maka laju berubahnya zat A menjadi zat B ditentukan
dari jumlah zat A yang bereaksi atau jumlah zat B yang terbentuk per satuan
waktu. Pada saat pereaksi (A) berkurang, hasil reaksi (B) akan bertambah.
Perhatikan diagram perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada Gambar
3.
|
Gambar 3. Diagram perubahan konsentrasi pereaksi
dan hasil reaksi.
|
Berdasarkan gambar tersebut, maka rumusan laju
reaksi dapat kita definisikan sebagai:
- berkurangnya jumlah pereaksi (konsentrasi
pereaksi) per satuan waktu, atau :
, dengan
r = laju reaksi, - d[R] = berkurangnya reaktan (pereaksi), dan dt = perubahan
waktu.
- bertambahnya jumlah produk (konsentrasi produk)
per satuan waktu, atau :
, dengan
+Δ[P] = bertambahnya konsentrasi produk (hasil reaksi). Untuk reaksi :
A → B,
Bagaimana untuk reaksi yang lebih kompleks, semisal
: pA + qB → rC.
Untuk reaksi demikian, maka :
Dalam perbandingan tersebut, tanda + atau – tidak
perlu dituliskan karena hanya menunjukkan sifat perubahan konsentrasi. Oleh
karena harga dt masing-masing sama, maka perbandingan laju reaksi sesuai dengan
perbandingan konsentrasi. Di sisi lain, konsentrasi berbanding lurus dengan mol
serta berbanding lurus pula dengan koefisien reaksi, sehingga perbandingan laju
reaksi sesuai dengan perbandingan koefisien reaksi. Perbandingan tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut.
rA : rB : rC = p : q : r
Perhatikan contoh soal berikut.
Contoh Soal Laju Reaksi (3) :
Pada reaksi pembentukan gas SO3 menurut
reaksi: 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g), sehingga
diperoleh data sebagai berikut.
No.
|
[SO3] mol/L
|
Waktu (s)
|
1
|
0,00
|
0
|
2
|
0,25
|
20
|
3
|
0,50
|
40
|
Tentukanlah:
a. Laju bertambahnya SO3
b. Laju berkurangnya SO2
c. Laju berkurangnya O2
Penyelesaian :
Diketahui :
Persamaan reaksi : 2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g)
Data konsentrasi (pada tabel).
Ditanyakan :
a. r SO3.
b. r SO2.
c. r O2.
Jawaban :
a. Δ[SO3] = [SO3]3
– [SO3]2 = 0,50 – 0,25 = 0,25 M
Δt = t3 – t2 = 40 – 20 = 20 s
r SO3 =
=
=
0,0125 M/s
Jadi, laju bertambahnya SO3 sebesar
1,25 x 10–2 M/s.
b. Karena koefisien SO2 =
koefisien SO3, maka:
r SO2 = – r SO3 = – 0,0125
M/s
Jadi, laju berkurangnya SO2 sebesar
–1,25 x 10–2 M/s
c. r O2 = - ½ x r SO3
= - ½ x 0,0125 = - 0,00625 M/s
Jadi, laju berkurangnya O2 sebesar
– 6,25 x 10–3 M/s
Setelah kalian mempelajari apa itu laju reaksi dan
bagaimana menentukan besarnya laju reaksi zat dalam persamaan reaksi, maka
dapat kalian simpulkan bagaimana cepat lambatnya suatu reaksi kimia berdasarkan
laju reaksi zat tersebut. Jika laju reaksi zat itu besar, maka reaksi
berlangsung cepat, dan sebaliknya, jika laju reaksi zat kecil, maka reaksi
berlangsung lambat. Nah, sebenarnya apa yang mempengaruhi cepat lambatnya laju
reaksi kimia? Berikut ini akan kalian pelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi, termasuk di dalamnya teori tumbukan.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju
Reaksi
Laju reaksi suatu reaksi kimia dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi pereaksi, luas permukaan zat yang
bereaksi, suhu pada saat reaksi kimia terjadi, dan ada tidaknya katalis.
Sehubungan dengan proses reaksi kimia, maka ada satu hal penting yang harus dipelajari
untuk menentukan berjalan tidaknya sebuah reaksi kimia, yakni tumbukan. Suatu
reaksi kimia dapat terjadi bila ada tumbukan antara molekul zat-zat yang
bereaksi. Apakah setiap tumbukan pasti menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia?
Akan kita ketahui jawabannya dengan mempelajari teori tumbukan dahulu sebelum
melangkah pada pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
|
Gambar 4. Konsentrasi reaktan sangat
berpengaruh pada laju reaksi seng dengan asam sulfat. Laju reaksi lambat
dalam larutan berkonsentrasi rendah (kiri) dan cepat dalam larutan
berkonsentrasi tinggi.
|
2.1. Tumbukan sebagai
Syarat Berlangsungnya Reaksi Kimia
Tumbukan yang menghasilkan reaksi hanyalah tumbukan
yang efektif. Tumbukan efektif harus memenuhi dua syarat, yaitu posisinya tepat
dan energinya cukup. Bagaimanakah posisi tumbukan yang efektif? Dalam wadahnya,
molekul-molekul pereaksi selalu bergerak ke segala arah dan sangat mungkin
bertumbukan satu sama lain. Baik dengan molekul yang sama maupun dengan molekul
berbeda. Tumbukan tersebut dapat memutuskan ikatan dalam molekul pereaksi dan
kemudian membentuk ikatan baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi. Contoh
tumbukan antarmolekul yang sama terjadi pada pereaksi hidrogen iodida berikut.
HI(g) + HI(g) → H2(g) + I2(g)
Secara umum, dituliskan:
AB + AB → A2 + B2
Tumbukan yang efektif terjadi bila keadaan molekul
sedemikian rupa sehingga antara A dan B saling bertabrakan (Gambar 5(a)). Jika
yang bertabrakan adalah atom yang sama, yaitu antara A dan A (Gambar 5(b)) atau
atom A dan B namun hanya bersenggolan saja (Gambar 5(c)), maka tumbukan
tersebut merupakan tumbukan yang tidak efektif.
|
Gambar 5. (a) tumbukan yang efektif karena
posisi tumbukan tepat, (b) tumbukan tidak efektif karena molekul yang
bertabrakan sama (c) tumbukan tidak efektif karena posisinya tidak tepat.
|
Selanjutnya apa yang dimaksud energi tumbukan harus
cukup? Jika kalian melemparkan batu pada kaca dan kacanya tidak pecah, berarti
energi kinetik batu tidak cukup untuk memecahkan kaca. Demikian juga tumbukan
antarmolekul pereaksi, meskipun sudah terjadi tumbukan dengan posisi tepat,
namun apabila energinya kurang, maka reaksi tidak akan terjadi. Dalam hal ini
diperlukan energi minimum tertentu yang harus dipunyai molekul-molekul pereaksi
untuk dapat menghasilkan reaksi.
Energi tersebut dinamakan energi aktivasi atau
energi pengaktifan (Ea).
Perhatikan Gambar 6. tentang tumbukan dengan energi
yang cukup dan tidak cukup.
|
Gambar 6. (a) energi cukup menghasilkan
reaksi dan (b) energi tidak cukup tidak menghasilkan reaksi.
|
Bila gerakan molekul AB dan C lambat, maka tidak
akan terjadi ikatan antara B dan C saat bertumbukan. Akibatnya, keduanya
terpental tanpa ada perubahan (Gambar 6(a)). Dengan mempercepat gerakan
molekul, maka akan membuat tumpang tindih B dan C serta membuat ikatan, dan
akhirnya terjadi ikatan kimia (Gambar 6(b)).
Dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan yaitu
keadaan awal (pereaksi), keadaan transisi, dan keadaan akhir (hasil reaksi).
Keadaan transisi disebut juga komplek teraktivasi. Pada keadaan ini ikatan baru
sudah terbentuk namun ikatan lama belum putus. Keadaan tersebut hanya
berlangsung sesaat dan tidak stabil. Keadaan transisi ini selalu mempunyai
energi lebih tinggi daripada keadaan awal dan akhir, sedangkan energi keadaan
awal dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada energi keadaan akhir.
Bila keadaan awal lebih tinggi energinya, reaksi
mcnghasilkan kalor atau dinamakan reaksi eksoterm, dan bila yang terjadi adalah
sebaliknya, dinamakan reaksi endoterm. Perhatikan Gambar 7. yang menggambarkan
tentang energi aktivasi pada reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
|
Gambar 7. (a) Diagram potensial reaksi eksoterm
dan, (b) Diagram potensial reaksi endoterm.
|
Dengan mengetahui teori tumbukan ini, kalian akan
lebih mudah memahami penjelasan tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju
reaksi. Percepatan gerakan molekul akan memperbesar kemungkinan tumbukan
efektif karena percepatan gerakan memberikan energi lebih besar. Percepatan
gerakan molekul berarti percepatan laju reaksi. Dengan dipercepatnya laju
reaksi menggunakan salah satu faktor-faktor berikut, diharapkan energi yang
dibutuhkan untuk tumbukan dapat tercukupi sehingga bisa menghasilkan tumbukan
yang efektif. Faktor-faktor tersebut akan segera diuraikan dalam penjelasan
berikut ini.
2.2. Pengaruh
Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan
akan mengandung jumlah partikel semakin banyak sehingga partikel-partikel
tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan larutan yang konsentrasinya
lebih rendah. Susunan partikel yang lebih rapat memungkinkan terjadinya
tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi lebih besar. Makin besar
konsentrasi zat, makin cepat laju reaksinya. Perhatikan Gambar 8. tentang
pengaruh konsentrasi berikut.
|
Gambar 8. (a) tumbukan yang terjadi pada
konsentrasi kecil, (b) tumbukan yang terjadi pada konsentrasi besar.
|
Apabila dibuat sebuah grafik yang menunjukkan
hubungan antara konsentrasi dengan laju reaksi, maka dihasilkan grafik seperti
pada Gambar 9. Grafik menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi, semakin
cepat pula laju reaksinya.
|
Gambar 9. Grafik pengaruh konsentrasi
terhadap laju reaksi.
|
2.3. Pengaruh Luas
Permukaan terhadap Laju Reaksi
Pada saat zat-zat pereaksi bercampur, maka akan
terjadi tumbukan antar partikel pereaksi di permukaan zat. Laju reaksi dapat
diperbesar dengan memperluas permukaan bidang sentuh zat yang dilakukan dengan
cara memperkecil ukuran zat pereaksi. Perhatikan Gambar 10.
|
Gambar 10. Tumbukan antar partikel pada (a)
permukaan kecil dan (b) permukaan besar.
|
Semakin luas permukaan bidang sentuh zat, semakin
besar laju reaksinya, seperti yang ditunjukkan oleh grafik hubungan luas
permukaan dengan laju reaksi pada Gambar 11.
|
Gambar 11. Grafik pengaruh luas permukaan
terhadap laju reaksi.
|
2.4. Pengaruh Suhu
terhadap Laju Reaksi
Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika
suhu zat dinaikkan, maka energi kinetik partikel-partikel akan bertambah
sehingga tumbukan antar partikel akan mempunyai energi yang cukup untuk
melampaui energi pengaktifan. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak terjadi
tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi (Gambar 12).
|
Gambar 12. (a) tumbukan antarpartikel pada
suhu rendah, (b) tumbukan antarpartikel pada suhu tinggi.
|
Pada umumnya, setiap kenaikan suhu sebesar 10 oC, reaksi
akan berlangsung dua kali lebih cepat. Dengan demikian, apabila laju reaksi
awalnya diketahui, kita dapat memperkirakan besarnya laju reaksi berdasarkan
kenaikan suhunya. Lebih mudahnya, lihat perumusan berikut.
Karena besarnya laju berbanding terbalik dengan
waktu yang ditempuh, maka perumusan di atas dapat dituliskan sebagai berikut.
Keterangan :
∆r = kenaikan laju reaksi
∆T = kenaikan suhu = T2 –T1
T2 = suhu akhir
T1 = suhu awal
t0 = waktu reaksi awal
tt = waktu reaksi akhir
Agar lebih memahami perumusan di atas,
perhatikanlah contoh soal berikut.
Contoh Soal Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi (4)
:
Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat
setiap suhu dinaikkan 10 oC . Apabila pada suhu 25 oC laju
reaksi suatu reaksi adalah 2y M/s. Berapa laju reaksi pada suhu 75 oC?
Penyelesaian :
Diketahui :
r0 = 2y
∆r = 2
T1 = 25 °C
T2 = 75 °C
Ditanyakan:
rt = .... ?
Jawab:
= (2)50/10 x 2y
= 25 x 2y = 32 . 2y
= 64y
Jadi, laju reaksinya adalah 64y.
Untuk lebih mudahnya, dapat kita buat dalam bentuk
tabel.
Suhu (°C)
|
25
|
35
|
45
|
55
|
65
|
75
|
Laju reaksi (M/s)
|
2y
|
4y
|
8y
|
16y
|
32y
|
64y
|
Jadi, laju reaksinya sama, yaitu 64y.
Apabila pengaruh suhu terhadap laju reaksi ini
dibuat grafik, akan tampak seperti pada Gambar 13. Dari grafik tersebut dapat
disimpulkan bahwa makin tinggi suhu, laju reaksi semakin besar.
|
Gambar 13. Grafik perubahan suhu terhadap
laju reaksi.
|
2.5. Pengaruh Katalis
terhadap Laju Reaksi
Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat
dengan memberi zat lain tanpa menambah konsentrasi atau suhu reaksi. Zat
tersebut disebut katalis. Katalis dapat mempercepat laju reaksi, tetapi tidak
mengalami perubahan kimia secara permanen sehingga pada akhir reaksi zat
tersebut dapat diperoleh kembali.
Fungsi katalis dalam reaksi adalah menurunkan
energi aktivasi sehingga jumlah molekul yang dapat melampaui energi aktivasi
menjadi lebih besar. Gambar 14 menunjukkan peranan katalis dalam menurunkan
energi aktivasi.
|
Gambar 14. Diagram energi potensial reaksi
tanpa katalis dan dengan katalis. Energi aktivasi reaksi dengan katalis (EaK)
lebih kecil dari reaksi tanpa katalis.
|
Katalis memiliki beberapa sifat, di antaranya:
- Katalis
tidak bereaksi secara permanen.
- Jumlah
katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit.
- Katalis
tidak mempengaruhi hasil reaksi.
- Katalis
tidak memulai suatu reaksi, tetapi hanya mempengaruhi lajunya.
- Katalis
hanya bekerja efektif pada suhu optimum, artinya di atas atau di bawah
suhu tersebut kerja katalis berkurang.
- Suatu
katalis hanya mempengaruhi laju reaksi secara spesifik, artinya suatu
katalis hanya mempengaruhi laju satu jenis reaksi dan tidak dapat untuk
reaksi yang lain.
- Keaktifan
katalis dapat diperbesar oleh zat lain yang disebut promotor.
- Hasil
suatu reaksi dapat bertindak sebagai katalis, sehingga zat tersebut
disebut autokatalis.
- Katalis
dalam senyawa organik disebut enzim.
- Terdapat
katalis yang dapat memperlambat suatu reaksi, sehingga katalis itu disebut
katalis negatif atau inhibitor.
|
Gambar 15. Dekomposisi H2O2 dengan
katalis MnO2 menjadi air dan oksigen
.
|
Berdasarkan wujudnya, katalis dapat dibedakan dalam
dua golongan, yaitu:
1. Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai
wujud sama dengan pereaksi. Katalis ini dapat berada dalam dua wujud:
a. dalam wujud gas, contoh:
|
NO(g)
|
|
2CO(g) + O2(g)
|
→
|
2CO2(g)
|
b. dalam wujud larutan, contoh:
|
H+
|
|
C12H22O11(aq) +
H2O(l)
|
→
|
C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)
|
2. Katalis heterogen adalah katalis yang
mempunyai wujud berbeda dengan pereaksi. Biasanya katalis ini berwujud padat
dan pereaksinya cair atau gas. Contohnya:
|
Fe(s)
|
|
N2(g) + 3H2(g)
|
→
|
2NH3(g)
|
|
|
|
|
Ni(s)
|
|
C2H4(g) + H2(g)
|
→
|
C6H6(g)
|
Beberapa faktor yang memengaruhi laju reaksi telah
usai kalian pelajari.
Untuk menganalisis lebih dalam kecenderungan
peranan masingmaing faktor, lakukanlah aktivitas berikut.
Praktikum Kimia Menganalisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Laju Reaksi (1) :
A. Dasar Teori
Suatu reaksi kimia berlangsung apabila terjadi
tumbukan yang efektif antar partikel pereaksi. Cepat lambatnya suatu reaksi
kimia dinyatakan dengan laju reaksi. Kecepatan laju reaksi ini dapat
dikendalikan karena ada beberapa faktor yang memengaruhinya, yaitu konsentrasi
pereaksi, luas permukaan partikel dari pereaksi, suhu saat reaksi, dan
keberadaan katalis.
Konsentrasi pereaksi sebanding dengan laju reaksi.
Artinya, semakin besar konsentrasi pereaksi, maka laju reaksi akan semakin
cepat. Begitu pula dengan luas permukaan dari partikel-partikel pereaksi.
Semakin luas permukaan partikelnya, maka semakin cepat laju reaksinya. Mengenai
suhu saat reaksi juga sebanding dengan laju reaksi. Jadi, semakin tinggi suhu
reaksi, maka laju reaksinya semakin cepat. Adapun keberadaan katalis akan
mempercepat laju reaksi tanpa bereaksinya katalis tersebut.
Sumber : Syukri S, 1999, hlm. 472, 495, 502 (dengan
pengembangan)
B. Tujuan Percobaan
- Mengetahui
pengaruh konsentrasi pada laju reaksi.
- Mengetahui
pengaruh luas permukaan pada laju reaksi.
- Mengetahui
pengaruh suhu pada laju reaksi.
- Mengetahui
pengaruh katalis pada laju reaksi penguraian H2O2 .
C. Alat dan Bahan Percobaan
Alat :
- tabung
reaksi
- stop
watch
- gelas
kimia
- alat
pemanas
- termometer
- gelas
ukur
- kertas
kosong yang diberi tanda silang (X)
Bahan :
- pita
magnesium
- batu
pualam, CaCO3 (bongkahan dan serbuk)
- larutan
HCI 1M, 2M, 3M
- larutan Na2S2O3 0,1M
- larutan
hydrogen peroksida (H2O2) 5%
- larutan
besi (III) klorida (FeCI3) 0,1M
- larutan
natrium klorida (Nod) 0,1M
D. Langkah Percobaan
1. Mengetahui pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
a. Isilah 3 buah tabung reaksi masing-masing dengan
10 mL HCI 1 M, 10 mL HCI 2 M, dan 10 mL HCI 3 M.
b. Masukkan 1 cm pita magnesium ke tabung 1 dan
catat waktunya mulai dari pita Mg dimasukkan sampai pita Mg habis bereaksi.
c. Ulangi langkah b untuk tabung 2 dan 3.
2. Mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju
reaksi
a. Isilah 2 tabung reaksi masing-masing dengan 10
mL HCI 2 M.
b. Masukkan 1 g serbuk CaCO3 ke
dalam tabung dan catat waktunya mulai CaCO3 dimasukkan
sampai CaCO3 habis bereaksi dengan HCI.
c. Masukkan 1 g bongkahan CaCO3 ke
dalam tabung dan catat waktunya mulai dari CaCO3 dimasukkan
sampai CaCO3 habis bereaksi dengan HCI.
3. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
a. Isilah 4 gelas kimia masing-masing dengan 20 mL
larutan Na2S2O3 . Ukurlah suhunya
masing-masing.
b. Letakkan gelas 1 di atas kertas bertanda silang.
Masukkan 10 mL HCl 1 M dalam gelas kimia. Catat waktu saat HCl dimasukkan dalam
gelas kimia sampai tanda silang pada kertas tidak kelihatan dari atas gelas.
c. Panaskan gelas 2, 3, dan 4 di atas pemanas
sampai suhu larutan naik 10 oC (gelas 2), 20 oC (untuk
gelas 3), dan 30 oC (untuk gelas 4). Turunkan gelas dari
pemanas dan letakkan di atas kertas bertanda silang. Segera masukkan 10 mL HCl
1M ke dalam gelas dan catat waktu mulai dari HCl dimasukkan sampai tanda silang
pada kertas tidak kelihatan dari atas gelas.
|
Gambar 16.Langkah kerja untuk menganalisis faktor
suhu yang mempengaruhi laju reaksi.
|
4. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi H2O2
a. Isilah 3 buah gelas kimia masing-masing dengan
50 mL H2O2
b. Gelas 1 dibiarkan saja.
c. Pada gelas 2, tambahkan 20 tetes NaCl.
d. Pada gelas 3, tambahkan 20 tetes FeCI3.
e. Amati reaksi yang terjadi pada setiap gelas dan
catat hasilnya.
Tabel 1. Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi
Tabung reaksi
|
Pita Mg
|
Konsentrasi HCl
|
Waktu (s)
|
1
|
1 cm
|
1 M
|
|
2
|
1 cm
|
2 M
|
|
3
|
1 cm
|
3 M
|
|
Tabel 2. Pengaruh Luas Permukaan terhadap Laju
Reaksi
Tabung
|
CaCO3
1 gram
|
Konsentrasi HCl
|
Waktu (s)
|
1
|
serbuk
|
2 M
|
|
2
|
bongkahan
|
2 M
|
|
Tabel 3. Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi
Gelas Kimia
|
Suhu ( C)
|
V HCl 2 M
|
V Na2S2O3
0,1 M
|
Waktu (s)
|
1
|
x =
|
10 mL
|
20 mL
|
|
2
|
x + 10 =
|
10 mL
|
20 mL
|
|
3
|
x + 20 =
|
10 mL
|
20 mL
|
|
4
|
x + 30 =
|
10 mL
|
20 mL
|
|
Tabel 4. Pengaruh Katalis terhadap Laju Reaksi
Gelas Kimia
|
Larutan
|
Pengamatan
|
1
|
H2O2
|
|
2
|
H2O2 + NaCI
|
|
3
|
H2O2 + FeCI,
|
|
F. Pembahasan
Buatlah pembahasan tentang hasil percobaan dengan
menjawab beberapa pertanyaan berikut.
1. Mengetahui pengaruh konsentrasipada laju reaksi.
a. Reaksi pada tabung mana yang paling cepat?
b. Reaksi pada tabung mana yang paling lambat?
c. Mengapa kecepatan reaksi keduanya berbeda?
d. Tentukanlah variabel bebas dan variabel
kontrolnya.
e. Buatlah grafik fungsi konsentrasi vs waktu dari
hasil percobaan kalian.
2. Mengetahui pengaruh luas permukaan pada laju
reaksi.
a. Reaksi pada tabung manakah yang lebih cepat
selesai?
b. Faktor apakah yang mempengaruhi cepat lambatnya
reaksi-reaksi tersebut?
c. Tentukanlah variabel bebas dan variabel
kontrolnya.
d. Buatlah grafik fungsi antara bentuk partikel zat
vs waktu dari hasil percobaan kalian.
3. Mengetahui pengaruh suhu pada laju reaksi.
a. Reaksi pada gelas manakah yang lebih cepat
menghasilkan endapan belerang? (ditandai dengan larutan yang keruh dan tanda
silang tidak kelihatan)
b. Faktor apa yang mempengaruhi cepat lambatnya
reaksi?
c. Tentukanlah variabel bebas dan variabel
kontrolnya.
d. Buatlah grafik fungsi suhu Vs waktu dari hasil
percobaan.
e. Berapa kalikah laju reaksi pada tabung 2
dibandingkan dengan tabung 1?
4. Mengetahui pengaruh katalis pada laju reaksi.
a. Apa yang terjadi pada gelas kimia 1, 2, dan 3?
b. Apa yang berperan sebagai katalis?
G. Kesimpulan
Buatlah kesimpulan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dan kecenderungan pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap laju reaksi.
C. Persamaan Laju Reaksi dan Orde Reaksi
Laju reaksi dalam suatu reaksi sangat bergantung pada
konsentrasi pereaksi. Besarnya laju reaksi akan berkurang karena konsentrasi
pereaksi makin kecil. Hubungan antara konsentrasi pereaksi dan laju reaksi
tersebut dinyatakan dalam persamaan reaksi. Bagaimana kita menuliskan persamaan
laju reaksi? Pelajari persamaan laju reaksi dan orde reaksi berikut.
3.1. Persamaan Laju
Reaksi
Persamaan laju reaksi hanya dipengaruhi oleh
konsentrasi pereaksi. Untuk reaksi secara umum:
pA + qB → rC + sD
maka laju reaksinya ditulis :
r = k [A]m [B]n
Dalam rumusan tersebut, r merupakan laju reaksi
dengan satuan mol/Ls atau M/s, k adalah konstanta laju reaksi, lambang [A]
dan [B] merupakan konsentrasi molar zat A dan B, sedangkan pangkat m
dan n merupakan angka-angka bilangan bulat ( 0, 1, 2,...) dan disebut sebagai
orde reaksi atau tingkat reaksi. m merupakan orde reaksi terhadap A, n orde
reaksi terhadap B, dan m + n merupakan orde reaksi total. Besarnya m dan n
tersebut tidak berhubungan dengan koefisien reaksi. Jika ternyata besarnya
sama, maka itu suatu kebetulan saja karena orde reaksi hanya dapat ditentukan
dan data percobaan.
Contoh beberapa persamaan reaksi dan cara
menuliskan persamaan laju reaksinya serta tingkat reaksinya dapat dilihat pada
Tabel 1.
3.2. Penentuan Orde
Reaksi
Pada Tabel 1. terlihat bahwa tingkat (orde) reaksi
tidak berhubungan dengan koefisien pereaksi. Adapun langkah-langkah dalam
penulisan persamaan laju reaksi dan pencntuan orde reaksinya adalah sebagai
berikut.
Langkah pertama, menuliskan persamaan laju reaksi
secara umum, disesuaikan dengan jumlah pereaksinya.
Jika pereaksinya tunggal : A → hasil,
maka, v = k[A]m
Jika pereaksinya dua : A + B → hasil,
maka, v = k[A]m [B]n
Jika pereaksinya tiga : A + B + C→ hasil,
maka, v = k [A]m[B]n[C]°
|
Gambar 17.Grafik Reaksi Orde 0 (Nol).
|
Langkah kedua, menentukan m, n, dan o dari data
percobaan. Untuk menentukan orde reaksi, perhatikanlah contoh berikut.
Contoh Soal Orde Reaksi (5) :
Dalam ruang tertutup, direaksikan gas SO2 dan
gas H2 dengan persamaan reaksi berikut.
SO2(g) + 2 H2(g) → S(s)
+ 2 H2O(g)
Berikut adalah data yang diperoleh dari percobaan.
Percobaan
|
[SO2] M
|
[H2] M
|
r (M/s)
|
1
|
0,03
|
0,12
|
1 x 10–2
|
2
|
0,06
|
0,12
|
2 x 10–2
|
3
|
0,06
|
0,24
|
8 x 10–2
|
Tentukanlah:
a. Persamaan laju reaksinya
b. Konstanta laju reaksinya
Jawaban :
Penulisan persamaan laju reaksinya: r = k[SO2]m
[H2]n
Untuk menentukan m dan n dapat dilakukan beberapa
cara, yaitu:
Cara 1 :
a. Menentukan orde reaksi terhadap SO2 atau
m. Kita ambil data pada konsentrasi H2 yang konstan, yaitu
data 1 dan 2.
Percobaan
|
[SO2] M
|
v (M/s)
|
1
|
0,03
|
1 x 10–2
|
2
|
0,06
|
2 x 10–2
|
Pada data tersebut, jika [SO2] dinaikkan
2 kali ternyata laju reaksi juga naik 2 kali. Jadi laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi A, ditulis r = k [A]. Konsentrasi A berpangkat satu atau
orde reaksi terhadap A adalah 1. Jika dibuat grafik fungsi laju reaksi terhadap
[A], maka grafiknya berupa garis lurus, seperti terlihat pada Gambar 18.
|
Gambar 18. Grafik Reaksi Orde 1.
|
b. Menentukan orde reaksi terhadap H2 atau
n. Kita ambil data pada konsentrasi SO2 yang konstan,
yaitu data 2 dan 3.
Percobaan
|
[H2] M
|
v (M/s)
|
2
|
0,12
|
2 x 10–2
|
3
|
0,24
|
8 x 10–2
|
Dari data tersebut, jika [H2] dinaikkan
2 kali ternyata laju reaksinya naik 4 kali. Jadi, laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentrasi H2 pangkat 2, ditulis r = k [H2]2. Grafik
fungsi laju reaksi terhadap [B] berupa parabola, seperti tampak pada Gambar 19.
|
Gambar 19.Grafik Reaksi Orde 2.
|
c. Selanjutnya, persamaan laju reaksi secara
keseluruhan dituliskan: r = k [A] [B]2. Orde reaksi
totalnya adalah m + n yaitu 1 + 2 = 3.
Cara 2 :
Cara yang kedua ini dilakukan dengan membandingkan
persamaan reaksi pada data satu dengan data lainnya. Berikut penyelesaiannya.
a. Menentukan orde reaksi terhadap SO2 pada
data [H2] yang konstan, yaitu data 2 dan 1.
Jadi, orde reaksi terhadap SO2 adalah
1.
b. Menentukan orde reaksi terhadap H2 pada
data [SO2] yang konstan, yaitu data 3 dan 2.
Jadi, orde reaksi terhadap hidrogen adalah 2.
c. Persamaan laju reaksinya adalah r = k [SO2]
[H2]2
Untuk menentukan harga k dapat digunakan salah satu
data, kemudian dimasukkan dalam persamaan laju reaksi yang sudah dituliskan
tersebut. Misalnya kita ambil data 1.
r1 = k [SO2] [H2]2
1 x 10–2 M/s = k (0,03 M) (0,12 M)2
1 x 10–2 M/s = 4,32 x l0–4 k
M–3
k =
k = 23,15 M-2/s
Jadi, konstanta laju reaksinya adalah 23,15 M-2/s.
D. Penerapan Laju Reaksi
Kalian pernah melarutkan gula dalam air bukan?
Mungkin sewaktu kalian membuat teh manis, kopi, atau minuman lainnya. Bagaimana
kira-kira larutnya gula dalam air jika yang dilarutkan bongkahan gula batu atau
serbuk? Tentulah lebih cepat larut yang dalam bentuk serbuk. Itulah pengaruh
luas permukaan pada laju reaksi yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bidang industri, reaksi-reaksi yang terjadi selalu diusahakan berlangsung
lebih cepat. Faktor laju reaksi yang sering digunakan adalah katalis. Seperti
yang telah kalian pelajari tentang uraian katalis di depan, katalis merupakan
zat yang mempercepat laju reaksi tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali
seperti semula. Contoh industri yang menggunakan katalis adalah pembuatan
amonia (NH3) dan asam sulfat (H2SO4).
Amonia merupakan bahan untuk membuat asam nitrat,
pupuk, dan bahan peledak. Proses pembuatan amonia dikenal dengan nama Proses
Haber-Bosch sesuai dengan nama penemunya, yaitu Fritz Haber dan Karl Bosch.
Reaksi pembuatan amonia dari gas nitrogen dan gas hidrogen sebagai berikut:
N2(g) + 3 H2(g) ↔ 2 NH3(g)
∆H= - 92kJ/mol
Ternyata
reaksi tersebut sangat lambat pada suhu kamar, sehingga perlu dilakukan
usaha-usaha untuk mempercepat laju reaksinya. Usaha itu harus dilakukan agar
segera didapatkan hasil sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya,
sesuai prinsip ekonomi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan
menambahkan katalis besi. Pada proses pembuatan asam sulfat yang sering dikenal
dengan nama proses kontak, juga diperlukan katalis yaitu Vanadium pentoksida, V2O5.